Sabtu, 29 Januari 2022 10:43 WIB
ROOTS
ANTI PERUNDUNGAN
BERBASI SEKOLAH
|
LATAR BELAKANG
Dalam upaya pencegahan kekerasan anak di konteks sekolah, beragam riset global menunjukkan bahwa siswa memiliki pengaruh yang besar dalam menghentikan kekerasan, khususnya dalam konteks kekerasan antar siswa di sekolah. Hal ini sesuai dengan Penelitian dari Princeton University, Rutgers University, dan Yale University, Amerika Serikat (tahun 2015) yang dilaporkan oleh Proceedings of the National Academy of Sciences (PNAS) bahwa para siswa dapat memberikan pengaruh lebih pada iklim sekolah dan norma social.
Kegiatan/aksi Pencegahan perundungan/bullying bukan merupakan hal baru. Aksi nyata anti perundungan sudah sejak lama dilakukan. Tetapi sampai saat in masih saja tetap terjadi prilaku yang demikian. Tindakan perundungan bukan hanya saja terjadi dalam masyarakat umum tetapi juga di lingkungan sekolah. Tindakan ini terjadi secara disadari dan juga tidak disadari.
Perundungan yang terjadi dikalangan peserta didik di satuan pendidikan merupakan fenomena yang mengkhawatirkan dan perlu dicegah maupun ditanggulangi dengan melibatkan semua pihak, mulai dari peserta didik sendiri, orang tua/wali, tenaga pendidik, tokoh masyarakat, dan pemerintah. Pemerintah juga berupaya untuk peningkatan kualitas anak, perempuan dan pemuda melalui penguatan sistem perlingdungan anak untuk memastikan anak mendapatkan haknya. Adapun bentuk strateginya mencakup peningkatan partisispasi anak dalam pembangunan, dan penguatan upaya pencegahan berbagai tindak kekerasan pada anak, termasuk perkawinan anak, dan bentuk pekerjaan terburuk untuk anak.
Bentuk upaya pemenuhan hak anak tersebut dapat dilakukan upaya pengembangan sumber daya anak melalui pendidikan karakter dan budi pekerti. Hal ini diharapkan dapat menjamin kelangsungan hidup, tumbuh kembang, mendapat perlindungan dari segala bentuk kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi. Satuan pendidikan diharapkan juga proaktif melindungi anak dari berbagai kekerasan baik dengan mempromosikan hak-hak anak , pencegahan dan penanggulangan tindakkan kekerasan pada anak. Hal ini juga didukung oleh UNICEF dalam program-program pencegahan perundungan dan kekerasan teman sebaya melalui program yang disebut Roots.
SMPN 1 Sungai Pua merupakan salah satu sekolah yang terpilih untuk melaksanakan pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan berbasis sekolah. Bentuk rangkaian kegiatan yang dilaksanakan dimulai dari keikutsertaan guru dalam Bimtek fasilitator, pemilihan dan penetapan agen perubahan, dan rangkaian kegiatan pelatihan untuk agen perubahan anti perundungan sekolah. Agen perubahan berperan sebagai titik biru yang akan mempengaruhi titik merah lainnya. Kegiatan pelatihan ditutup dengan kegaiatan Roots Day sebagai bentuk deklarasi anti perundungan di sekolah.
Adapun tujuan dari program pencegahan dan penanggulangan tindak kekerasan berbasis sekolah di SMPN 1 Sungai Pua, yaitu:
Kegiatan pelatihan Agen perubahan Anti perundungan di SMPN 1 Sungai Pua dimulai dengan kegiatan Bimtek Fasilitator Guru yang diselenggrakan oleh Pusat penguatan Karakter, Kementrian Pendidikan dan kebudayaan, Riset, Dan Teknologi. Fasilitataor kemudian bersama tim yang dibentuk di satuan pendidikan melakukan penyusunan program dan jadwal pelatihan pencegahan perundungan di sekolah. Kemudian melakukan pemilihan dan penetapan siswa sebagai agen perubahan.
Adapun kegiatan pertama diawali dengan kegiatan Pembukaan Pelatihan Agen Perubahan Anti perundungan dengan dihadiri dan dibuka oleh Kepala Dinas pendidikan Dan kebudayaan Kabupaten Agam. Dalam acara Pembukaan tersebut juga dihadir oleh perwakilan anggota DPRD Kab. Agam, Ketua Dewan Pendidikan Kab. Agam, Camat sungai Pua, Wali Nagari Sungai Pua, Pengawas Sekolah, Komite Sekolah, Agen perubahan, majelis guru dan perwakilan orang tua dari agen perubahan.
Pada kegiatan pembukaan ini sekaligus ditetapkan siswa yang terpilih sebagai Agen Perubahan Anti Perundungan SMPN 1 Sungai Pua dengan dipasangkan kokarde dan Pin Sebagai Agen perubahan dalam Kegiatan pelatihan Program Roots Indonesia oleh Bapak Drs. Isra, M.Pd selaku Kepala Dinas Pendidikan dan kebudayaan kabupaten Agam. Hal ini menjadi bentuk dukungan dan motivasi dalam pelaksanaan rangkaian kegiatan pelatihan selanjutnya. Selain itu beberapa tamu undangan yang menghadiri acara pembukaan tersebut diatas juga diberikan pin anti perundungan sebagai bentuk kampaye awal dalam pencegahan perundungan.
Kegiatan selanjutnya dilaksanakan rangkaian pelatihan. Kegiatan diskusi setiap pertemuan dipandu oleh fasilitator guru dan didampingi oleh Tim kepanitian Anti Perundungan SMPN 1 Sungai Pua. Tim panitia SMPN 1 Sungai Pua menjadwalkan pelaksanaan kegiatan pada siang hari setelah kegiatan pembelajaran selesai. Kegiatan dilaksanakan dalam bentuk diskusi secara tatap muka sesuai dengan jadwal yang telah disusun sebelumnya. Kegiatan pelatihan dilaksanakan dengan membahas materi dari setiap modul yang terdapat pada LMS E-Course Roots. Dalam pelatihan terdapat 15 modul yang harus dituntaskan.
Konten Pembahasan Materi Bimtek
Materi |
Soft Skills yang dibentuk |
Pengenalan Program |
|
Mengenal Identitas, |
● Pertemanan dan Hubungan Sosial |
Mengenal Perundungan |
● Pertemanan dan Hubungan Sosial |
Kepemimpinan dan |
● Berkomunikasi Efektif |
Melihat dari Perspektif yang |
● Empati |
Pengaruh Siswa dan |
● Menolak Tekanan Sebaya |
Menghubungkan Perubahan |
● Merencanakan/mengorganisasi |
Mengembangkan Kesepakatan |
● Partisipasi |
Mengembangkan dan |
● Berpikir Kritis |
Menuju Aksi yang Lebih |
● Partisipasi |
Visi Untuk Roots Day |
● Partisipasi |
Publikasikan dan Perkuat |
● Berkomunikasi Efektif |
Bersiap untuk Roots Day |
● Berkomunikasi Efektif |
Roots Day |
● Partisipasi |
Dalam setiap kegiatannya agen perubahan medapatkan tugas dan tantangan yang harus secara individu maupun kelompok. Tugas tersebut menjadi kumpulan karya yang kemudian akan ditampilkan pada saat kegiatan Roots Day di akhir kegiatan.
Roots Day merupakan kegiatan akhir dari pelaksanaan Bimtek agen perubahan. Kegiatan Roots Day sebagai bentuk deklarasi dan komitmen bersama warga sekolah dalam pencegahan perundungan. Kegiatannya dilaksanakan melalui penandatangan bersama sapanduk anti perundungan. Selain itu, kegiatan Roots Day juga menampilkan minat dan bakat agen perubahan dalam karya seni ataupun pentas seni.